Padang – Zulyasmi Maas Boer, seorang pembimbing ibadah haji dari Kloter 12 Padang, merupakan salah satu dari sedikit pembimbing ibadah wanita di Sumatera Barat. Pada tahun 2024, Kanwil Kemenag Sumatera Barat memberikan tugas kepadanya untuk melayani jemaah haji, meski ia sudah tercatat sebagai pensiunan pegawai Kementerian Agama Kota Padang sejak Mei 2024. Semangatnya untuk mengabdi kepada umat dan negara sungguh sangat luar biasa.
Zulyasmi bercerita, “Saya mendaftar menjadi petugas haji melalui Organisasi Masyarakat Persaudaraan Haji Kota Padang. Alhamdulillah, saya lulus dan diberi kepercayaan kembali untuk menambah pengabdian oleh Kementerian Agama hingga bulan Juli 2024 ini.” ucapnya dengan bangga saat menjelaskan kepada humas Asrama Haji Padang.
Ia sangat bersyukur dapat bekerja dengan tim di Kloter 12 yang dipimpin oleh Hamdani Bachtiar Rahmat sebagai ketua kloter, dokter Frista Maulina, paramedis Rika Roza Ardahman dan Tahmid Ardiansyah, serta didampingi oleh Pemandu Haji Daerah (PHD) Gusnedi Wahid Idrus dan Paljariati Yusral.
Zulyasmi juga merasakan syukur yang mendalam atas adanya kebijakan program murur yang dibuat oleh pemerintah pada tahun ini. “Alhamdulillah, dengan adanya program murur ini, jemaah usia lanjut dan berisiko tinggi sangat terbantu dalam pelaksanaan ibadah haji, termasuk melintasi Musdalifah dengan selamat dan cepat sampai di Mina,” ujarnya dengan mata berbinar.
Kehadiran Zulyasmi sebagai pembimbing ibadah tidak hanya memberikan arahan teknis, tetapi juga dukungan emosional dan spiritual bagi jemaah. Ia membuka konsultasi 24 jam baik secara langsung maupun melalui aplikasi WhatsApp, memastikan setiap pertanyaan dan kekhawatiran jemaah ditanggapi dengan baik. “Insyallah, ibadah yang dilaksanakan oleh jemaah haji dapat terlaksana dengan baik,” tambahnya.
Salah satu pengalaman paling berkesan yang membuat Zulyasmi terharu adalah saat ada seorang jemaah yang sakit namun memiliki keinginan kuat untuk tetap melaksanakan ibadah. Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, Zulyasmi membantu jemaah tersebut. “Jemaah itu sangat ingin melaksanakan shalat dan ibadah lainnya dalam keadaan suci. Jadi, saya mandikan dan wudhukan dia agar bisa beribadah dengan tenang,” ceritanya dengan mata berkaca-kaca.
Melalui tindakan tersebut, Zulyasmi tidak hanya menjalankan tugasnya sebagai pembimbing ibadah, tetapi juga menunjukkan betapa besar kasih sayangnya kepada jemaah. “Melihat jemaah bisa melaksanakan ibadah meski dalam keadaan sakit adalah kebahagiaan tersendiri bagi saya,” katanya dengan suara bergetar penuh haru.
Semangat Zulyasmi dalam melayani jemaah juga tercermin dari kerjasama tim yang solid di Kloter 12. Setiap anggota tim saling mendukung dan melengkapi, menciptakan sinergi yang luar biasa. “Kerjasama kami sangat baik. Ketua kloter, dokter, paramedis, dan PHD semuanya bekerja dengan kompak dan penuh dedikasi,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya pendekatan personal dalam membimbing jemaah. “Kadang, jemaah butuh lebih dari sekadar nasihat. Mereka butuh didengarkan, butuh tempat untuk mencurahkan isi hati mereka,” ujar Zulyasmi. Karena itu, ia selalu berusaha menjadi pendengar yang baik dan memberikan solusi terbaik bagi setiap masalah yang dihadapi jemaah.
Pengabdian Zulyasmi tidak berhenti pada batasan waktu atau usia. Meskipun sudah pensiun, semangatnya untuk terus berbakti kepada umat dan negara tidak pernah surut. “Saya merasa terpanggil untuk terus melayani dan membantu jemaah dalam menjalankan ibadah haji,” ungkapnya dengan tegas.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Agama yang telah memberikan kepercayaan kepadanya. “Semoga ini menjadi pahala bagi kita semua,” tutupnya dengan penuh haru.
Cerita Zulyasmi bukan hanya tentang tugas dan tanggung jawab, tetapi juga tentang kasih sayang, dedikasi, dan semangat yang luar biasa dalam melayani sesama. Kisahnya menginspirasi banyak orang, terutama wanita, untuk berperan aktif dalam pelayanan ibadah haji. (HumPro)