Padang – Suasana haru dan penuh kebersamaan terlihat dalam pelaksanaan salat Idul Fitri di Masjid Darul Hujjaj UPT Asrama Haji Embarkasi Padang pada Rabu (10/04/2024). Khatib pada kesempatan itu adalah H. Afrizen, yang juga menjabat sebagai Kepala UPT Asrama Haji Embarkasi Padang.
Dalam khutbah Idul Fitri, H. Afrizen mengajak umat Islam untuk merenungkan makna Ramadan dan bagaimana ia dapat menjadi teladan bagi orang lain serta bermanfaat dalam segala aspek kehidupan.
“Sesudah Ramadhan usai, setiap kebaikan yang telah kita lakukan haruslah berbekas dalam kehidupan sehari-hari kita, baik dalam melaksanakan pekerjaan maupun dalam melaksanakan ibadah,” ujar H. Afrizen, menekankan pentingnya menjadi teladan bagi orang lain dalam beribadah.
“Rasulullah SAW telah menjadi teladan yang baik bagi umatnya. Sebagai seorang muslim, kita diwajibkan untuk menjadikan beliau sebagai panutan utama dalam kehidupan kita, baik dalam perkataan, sikap, maupun perilaku.” Tuturnya.
H. Afrizen juga menyoroti pentingnya semangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari, mengutip hadis dari Muslim yang menegaskan bahwa semangat adalah kunci keberhasilan dalam menjalani hidup.
“Dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu memiliki semangat yang kuat untuk menghadapi segala tantangan. Semangatlah yang membuat orang lemah menjadi kuat, orang sakit menjadi lebih cepat sembuh, dan orang terpuruk menjadi bangkit,” tambahnya.
Mengambil contoh dari sahabat Abdurrahman bin Auf, H. Afrizen menekankan bahwa semangat dalam beribadah dan berjuang tidak boleh pudar, bahkan setelah bulan Ramadan berakhir.
Selanjutnya, H. Afrizen mengajak umat Islam untuk meningkatkan sikap empati dalam kehidupan sehari-hari. “Empati merupakan sikap terpuji yang sepatutnya dimiliki oleh setiap orang. Kita harus saling tolong-menolong dan memperhatikan kebutuhan orang lain,” tegasnya.
Beliau mengutip Surat Al-Maidah ayat 2 yang menekankan tentang tolong-menolong dalam kebaikan dan menjauhi perbuatan dosa.
Terakhir, H. Afrizen menjelaskan konsep kecerdasan menurut tuntunan Islam. “Orang cerdas adalah orang yang masih mau menggunakan hati nuraninya, di saat kezaliman mendominasi kehidupan manusia. Orang yang cerdas adalah orang yang memiliki nalar dan sikap kritis terhadap segala bentuk ketimpangan dan kezaliman sosial,” tutupnya.
Dengan demikian, refleksi Ramadan tidak hanya mengajarkan tentang ibadah semata, tetapi juga memunculkan keprihatinan dan kebermanfaatan dalam kehidupan sehari-hari, serta membangkitkan kecerdasan dan kesadaran sosial dalam diri umat Islam. (HumPro)