Padang — Sebanyak 422 jemaah haji Kloter 10 Debarkasi Padang kembali ke Tanah Air setelah menunaikan rangkaian ibadah haji di Tanah Suci. Mereka tiba di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang pada Minggu (29/06/2025) pukul 12.18 WIB dengan menggunakan pesawat Lion Air nomor penerbangan JT3091 dari Bandara Internasional Amir Muhammad Bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.
Setibanya di Bandara BIM, jemaah langsung diarahkan menuju Asrama Haji Padang untuk proses penerimaan dan serah terima kepada pemerintah daerah masing-masing. Di Asrama Haji, mereka disambut hangat oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Debarkasi Padang yang telah menyiapkan penyambutan di Aula Makkatul Mukarramah. Suasana haru dan syukur menyelimuti kedatangan jemaah yang telah melewati perjalanan panjang spiritual mereka di Tanah Suci.
Kloter 10 PDG ini terdiri dari jemaah asal Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, dan Kota Padang. Mereka tampak antusias dan bersyukur atas kelancaran seluruh rangkaian ibadah haji serta pelayanan yang mereka terima dari pemerintah Indonesia, khususnya dalam implementasi kebijakan Murur dan Safari Wukuf yang sangat membantu jemaah lansia dan jemaah yang memiliki kebutuhan khusus.
Salah seorang jemaah, Erika Yerni (59 tahun) dari Kabupaten Padang Pariaman, menyampaikan bahwa dirinya ikut langsung mendampingi jemaah lansia yang tidak memiliki pendamping. Ia melihat sendiri bagaimana kebijakan Murur dan Safari Wukuf sangat membantu mereka. “Kebijakan ini sangat bagus sekali, terutama bagi jemaah lansia. Banyak dari mereka yang sudah tua, sakit, bahkan harus menggunakan kursi roda. Dengan kebijakan ini, mereka sangat terbantu untuk tetap bisa menjalankan ibadah,” ujarnya.
Pengalaman serupa juga disampaikan oleh Sukarni Datuak Palindih (58 tahun), juga dari Kabupaten Padang Pariaman, yang berangkat haji bersama empat anggota keluarganya, termasuk dua orang lansia: orang tua dan mertuanya. “Sejak dari Padang hingga ke Arab Saudi, semua kebutuhan lansia kami dipenuhi, mulai dari kursi roda, pendampingan selama di pesawat hingga pengawalan di bus,” ungkapnya.
Menurut Sukarni, sebelum puncak haji di Arafah, pihak PPIH telah melakukan pendataan terhadap jemaah lansia dan mengatur skema Murur dan Safari Wukuf. “Orang tua dan mertua saya sangat terbantu. Mereka tetap bisa mengikuti prosesi wukuf dengan aman. Kami merasa sangat diperhatikan. Terima kasih kepada Kementerian Agama yang telah memberikan pelayanan maksimal dan memprioritaskan lansia,” tambahnya.
Apresiasi serupa juga datang dari Syofi Desrizal (47 tahun), jemaah asal Kota Padang yang mendampingi ibunya Syofiani Syarifuddin Abdullah yang sudah berusia 80 tahun. Ia sangat tersentuh dengan perhatian yang diberikan oleh petugas haji selama di Tanah Suci, khususnya saat pelaksanaan Safari Wukuf.
“Ibu saya mendapat pendampingan penuh dari petugas, bahkan sampai dimandikan oleh petugas seperti memperlakukan orang tua mereka sendiri. Itu sangat menyentuh hati kami. Saya tidak bisa berkata-kata melihat kebaikan para petugas. Kami sangat bersyukur,” ujar Syofi Desrizal dengan mata berkaca-kaca.
Ibunya, Syofiani, juga mengungkapkan rasa syukurnya atas pengalaman berhaji tahun ini. “Saya tidak menyangka bisa sampai ke sini, bisa menjalankan ibadah dengan baik. Saya dilayani, dikasih makan, bahkan dimandikan oleh petugas. Mereka memperlakukan saya seperti keluarga. Semoga Allah membalas kebaikan mereka,” katanya sambil menangis haru.
Pelayanan khusus seperti Murur dan Safari Wukuf memang menjadi perhatian utama dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun 2025. Murur adalah proses melintas di Muzdalifah tanpa turun dari bus setelah wukuf di Arafah, sementara Safari Wukuf adalah layanan bagi jemaah yang tidak mampu wukuf secara normal, tetap bisa ikut wukuf meski hanya sebentar dari dalam bus.
Kedua skema ini dirancang untuk menjamin agar seluruh jemaah, termasuk yang memiliki keterbatasan fisik, tetap dapat menunaikan rukun haji sesuai syariat. Dengan pendekatan yang inklusif dan manusiawi, pemerintah melalui Kementerian Agama ingin memastikan tidak ada jemaah yang tertinggal dalam meraih kemabruran haji.
Selain cerita penuh haru dan syukur, dari Kloter 10 PDG juga dilaporkan terdapat satu jemaah yang belum dapat dipulangkan karena sakit. Jemaah tersebut atas nama Nurbaiti Sirin Rahab (81 tahun) harus menjalani perawatan lebih lanjut sehingga keberangkatannya ke Tanah Air ditunda sementara waktu.
Dengan kedatangan Kloter 10 ini, proses pemulangan jemaah haji Debarkasi Padang terus berjalan dengan lancar. PPIH berkomitmen untuk terus memberikan layanan terbaik hingga seluruh jemaah kembali ke kampung halaman masing-masing dalam keadaan sehat dan penuh keberkahan.
Kepulangan jemaah Kloter 10 tidak hanya menjadi akhir dari perjalanan haji, namun juga menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelayanan ibadah haji, khususnya bagi jemaah lansia dan berkebutuhan khusus. Kebijakan Murur dan Safari Wukuf diharapkan menjadi pijakan penting bagi penyelenggaraan haji tahun-tahun mendatang. (HumPro)