Optimalisasi Asrama Haji Dan Greget Moderasi Beragama

Oleh : Agus Sholeh,

Fasilitator dan instruktur Moderasi Beragama.

Alumni IAIN (UIN) Jakarta dan Curtin University Perth Western Australia.

Jakarta – Sekali waktu, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Hilman Latief meminta kepada segenap jajaran Ditjen PHU bagaimana mengoptimalkan layanan asrama haji agar asrama haji tidak hanya digunakan untuk fungsi layanan jamaah semata, tapi juga dapat bermanfaat bagi masyarakat yang lebih holistik.

Menurutnya, sarana prasarana asrama haji sudah sangat baik, setara hotel bintang tiga, sehingga fungsinya dapat dioptimalkan agar lebih bermanfaat bagi masyarakat. Selain sebagai tempat bimbingan manasik haji, asrama juga bisa digunakan masyarakat untuk berkegiatan, seperti rapat-rapat kerja organisasi massa, untuk hajatan dan bahkan untuk pertemuan lintas agama dan budaya yang mendukung program moderasi beragama yang menjadi concern kebijakan Kementerian Agama saat ini.

Di dalam Renstra Kementerian Agama 2020-2024 dinyatakan bahwa pembentukan UPT Asrama Haji bertujuan untuk meningkatkan pelayanan penyelenggaraan ibadah haji dan masyarakat umum dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas. Selain itu juga dapat mendukung penerapan praktek bisnis yang sehat berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik.

Kementerian Agama telah menetapkan 13 sasaran strategis beserta indikator kinerjanya yang menggambarkan kondisi yang ingin dicapai pada tahun 2024 dan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah mendukung pelaksanaan dua dari 13 sasaran strategis tersebut, yaitu meningkatnya kualitas pelayanan kehidupan beragama dan meningkatnya budaya birokrasi pemerintahan yang bersih, melayani, dan responsif.

Minggu lalu, UPT Asrama Haji Padang sudah mulai dengan memfasilitasi Hatta Aksara Project dan Yayasan Proklamator Bung Hatta (YPBH) untuk kegiatan Indonesian Student Leadership Training atau pelatihan Kepemimpinan bagi Ketua OSIS se-Indonesia di Padang. Pelatihan yang dilaksanakan selama  7 hari, 13 – 19 Agutus 2024, mengambil tema “Membangun Generasi Emas yang Faham Weltanschauung (jatidiri) Indonesia” diikuti oleh 65 Ketua OSIS terbaik dari 24 provinsi di Indonesia. 

Pada tangal 17 Agustus para peserta mengikuti upacara bendera di Asrama Haji Padang, bersama pula Kepala UPT Asrama Haji Embarkasi Padang Dr. H. Afrizen,S.Ag.,M.Pd. Peserta yang berasal dari berbagai suku dan agama ini memakai pakaian adat dari daerah masing-masing. Mereka berbaur dalam suasana yang ceria dan damai sebagai aktualisasi dari nilai-nilai kemerdekaan di UPT Asrama Haji Embarkasi Padang.

Program Indonesian Student Leadership Training ini sejalan dengan program moderasi beragama yang diinisiasi oleh Menteria Agama Lukman Hakim Saifuddin dan diteruskan oleh Menteri Agama sekarang Yaqut Cholil Qoumas, yang dikenal dengan Gus Men.

Moderasi beragama adalah upaya untuk menghadirkan negara sebagai rumah bersama yang adil dan ramah bagi bangsa Indonesia untuk menjalani kehidupan beragama yang rukun, damai, dan makmur. Oleh karenanya, apapun agamanya, etnis, ras, daerah, dan sukunya, semuanya memiliki hak yang sama untuk mendapatkan layanan yang adil.

Dengan adanya moderasi beragama semua warga negara diajak masuk dalam kehidupan bersama untuk selalu mengejawantahkan esensi ajaran agama, terutama untuk melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum. Disinlah esensi Islam rahmatan lil’alamin.

Dalam upaya mengimplementasikan nilai-nilai moderasi beragama, maka agama perlu ditransformasikan ke dalam berbagai bidang, termasuk dalam layanan publik dan ekspresi publik. Dalam konteks layanan publik, agama menjadi landasan etik dan moral bahwa dalam menyelenggarakan pelayanan publik harus dilakukan secara adil dan transparan untuk memenuhi hak-hak warga negara tanpa adanya diskriminasi.

Nah, ASN Kementerian Agama diharapkan bisa menjelaskan kepada khalayak ramai, termasuk kalangan non Islam tentang ibadah haji yang menjadi salah satu tugas pokok dan fungsi Kementerian Agama. Pertanyaan seperti kenapa orang Islam harus berhaji, apa itu ka’bah, bangunan hitam yang ada di Makkah, kemudian kenapa jalan kaki keliling ka’bah (tawaf), dan seterusnya merupakan pertanyaan-pertanyaan dasar yang muncul dari publik.

Bagi umat Islam semua pertanyaan itu merupakan pertanyaan sederhana, apalagi banyak anak-anak TK pun sudah mulai Latihan manasik haji, tapi bagi kalangan non muslim itu membutuhkan jawaban yang komprehensif karena urusan haji tidak semata masalah ritual ibadah, namun juga terkait dengan pemahaman agama, ekonomi, politik, bahkan sosial kemasyarakatan.

Pengalaman UPT Asrama Haji Padang ini bisa dilanjutkan oleh pengelola Asrama haji lainnya agar nilai-nilai moderasi beragama dapat menjadi inspirasi dan motivasi dalam membangun kerukunan umat beragama, baik intern umat beragama, antar umat beragama maupun umat beragama dengan pemerintah.

Menghargai dan memberikan ruang bagi orang yang berbeda dalam menjalankan ajaran dan keyakinannya dengan kita, menjadi bagian perwujudan moderasi beragama.

Mengakhiri catatan kecil ini saya membayangkan sekali waktu Pak Dirjen PHU dan para pengelola UPT Asrama Haji kemudian akan ngopi bareng, atau minum teh manis, dengan para tokoh masyarakat dan tokoh agama sambil bincang ringan tentang dunia perhajian. Ternyata urusan haji itu menarik, kompleks namun semua orang happy dalam menjalankan rutinitasnya.

Read Previous

Afrizen: Ketua OSIS dari 23 Provinsi Sepakat Rawat Keberagaman Indonesia

Read Next

Rapat Evaluasi Mutu Layanan Akomodasi, Asrama Haji Padang Dipercaya Jadi Tuan Rumah Milad 2025